Cibubur (16/3/2016)—Menahan buldoser, memasang plang MK 35, protes keras, aksi-aksi demonstrasi dan sebagainya. Itu membuktikan bahwa kondisi di lapangan belum membaik, meskipun beberapa daerah ada yang sudah mengeluarkan Perda (Tanah Adat). Situasi ini terus menjadi tantangan bagi Masyarakat Adat.
Demikian Mina Setra dalam sambutannya sekaligus membuka Rakernas II BPAN. Ia juga menambahkan perlunya gerakan muda untuk menopang kehidupan Masyarakat Adat yang berkelanjutan.
“Saya atas nama Sekjen AMAN (Abdon Nababan—red) dengan berkat dari Yang Maha Kuasa serta restu para leluhur MA resmi membuka Rakernas II BPAN, Cibubur 15 Maret 2016,” ujar Mina.
Situasi wilayah adat, kata Mina, semakin buruk. Kalimantan dan Sumatera semakin habis digasak. Wilayah hidup Masyarakat Adat semakin sempit. Negara tidak lagi dimiliki oleh Masyarakat Adat atau negara itu sendiri, melainkan korporasi atau bisnislah pemiliknya. Karena itu, Rakernas teramat penting juga untuk menyusun program kerja dalam mengurus wilayah adat dan sekaligus merayakan kebanggaannya berbudaya.
Rakernas berlangsung selama dua hari yakni 15-16 Maret 2016. Rakernas adalah mandat dari Statuta BPAN yang wajib diadakan minimal sekali dalam satu periode kepengurusan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi kinerja Ketum, Ketua PW, dan Ketua PB dalam sebuah program singkat sekaligus menyusun program selama periode kepengurusan dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
“Rakernas ini merupakan mandat Statuta yang wajib kita lakukan. Statuta telah mengaturnya yang mana Statuta itu sendiri kita juga yang menyusun dan menyepakatinya sebagai suatu aturan bersama pada saat Jambore Nasional, tahun lalu (2015—red),” demikian disampaikan Jhontoni, Ketum BPAN.
Ia mengajak para peserta yang terdiri dari Pengurus Nasional, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah BPAN serta peninjau agar dalam pelaksanaan Rakernas bisa menghasilkan rumusan-rumusan bermakna demi tujuan memperjuangkan wilayah adat. Sesuai visi BPAN, Jhontoni menambahkan, bahwa para pemuda adat di nusantara selain bersatu harus terus saling menguatkan dan bersemangat untuk mengurus kampung, mengurus wilayah adat serta merangkul siapa saja yang bersedia, bergerak mengurus wilayah adat. Melawan para penjahat yang telah merampas tanah milik Masyarakat Adat harus terus digelorakan sebab pemuda bekerja dan berjuang tanpa bersyarat.
Ketum BPAN juga menyerukan bahwa pemuda adat di seluruh nusantara akan bertambah-tambah dari ujung Papua hingga ujung Sumatera. Sehingga bergerak mengurus wilayah adat akan tumbuh serentak atau merata di seluruh nusantara.
“Kami masih ada dan terus berlipat ganda. Pemuda adat bangkit bersatu, bergerak mengurus wilayah adat,” Jhontoni berseru dengan lantang.
Sementara itu, Rakernas II BPAN bertujuan: a) Menjabarkan Garis-garis Besar Program Kerja BPAN menjadi program kerja operasional; b) Mendengarkan pemaparan laporan kemajuan penyelenggaraan organisasi oleh Ketua Umum BPAN; c) Membuat rekomendasi-rekomendasi perbaikan atas penyelenggaraan organisasi; dan d) Merumuskan dan menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan atau keputusan-keputusan strategis lainnya.
[Jakob Siringoringo]
Dari lubuk hatinyang paling dalam saya sebenarnya ingin berkontribusi untuk organiasasi ini dsmih tanah adat kita. Apa yang bisa saya buat selaku saya sebagai karyawan biasa yang sudah punya keluarga. Saya dari Toba Samsir, kec Habinsaran. Lumban pinasa parsoburan.
Togi terimakasih untuk niat baiknya.
Kami juga secara Nasional berkantor di Jakarta. Dari Jakarta atau rantau tentu kita bisa mendukung gerakan pemuda adat atau masyarakat adat di kampung. Dukungan dari rantau bisa saja memberikan perhatian untuk mengurus Wilayah adat, baik mendiskusikan aksi nyata sama teman-teman di Rantau atau mendesak pihak-pihak lain agar melindungi dan mengakui wilayah adat kita baik secara peraturan atau perbuatan lain. Setidaknya kita masih rajin mencari informasi tentang kampung kita masing-masing dan rencana apa yang sedang dilakukan atau sudah di atas Wilayah Adat Kita. Salam Pemuda Adat.