Jalani Masa Pandemi, Pemuda Adat Rakyat Penunggu Bercocok Tanam dan Beternak

bpan.aman.or.id – Coronavirus disease atau yang biasa disebut COVID-19, menurut WHO, telah tersebar di 213 negara. Di Indonesia sendiri, pemerintah melalui gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) mencatat penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per 16 Juli mencapai 81.668 dan pasien meninggal sebanyak 3.873.

Hal tersebut menjadi konsen besar bangsa Indonesia karena permasalahan yang terus ditimbulkannya. Berbagai dampak terjadi mulai dari tingkat kematian meningkat, pemecatan pekerja, dan kesulitan ekonomi yang terjadi disemua kalangan mulai dari pengusaha kaya, sampai rakyat kecil, tidak terkecuali Masyarakat Adat.

Masyarakat Adat dalam sejarah telah berulang kali mengalami wabah penyakit dalam skala besar yang mengakibatkan berkurangnya penduduk. Victoria Tauli-Corpuz, pelapor khusus PBB untuk isu-isu Masyarakat Adat menjelaskan “Masyarakat Adat termasuk di antara mereka yang sangat rentan terhadap COVID-19 karena berbagai faktor. Ketika mereka berada di daerah perkotaan beberapa dari mereka biasanya berada dalam perekonomian informal dan merupakan pekerja rumah tangga yang membuat mereka rentan terhadap dislokasi ekonomi dan infeksi.”

Meskipun demikian, Masyarakat Adat justru memperlihatkan berbagai keunggulan dalam menghadapi pandemi ini seperti dalam mengelola pangan, kesehatan dan peran sosial.

Banyak hal yang dilakukan oleh Masyarakat Adat khususnya kami pemuda adat dalam mengelola wilayah adat agar dapat bertahan di tengah wabah pandemi ini.

Berbagai kegiatan produktif dilakukan oleh pemuda adat. Contohnya kami pemuda adat Rakyat Penunggu Sumatera Utara. Untuk mengisi waktu kosong dimasa pandemi, kami memanfaatkan fasilitas yang tersedia seperti tanah yang ada lantas kami kelola dan tanami.

Angga

Salah satu dari kami yaitu Angga pemuda adat Kampong Bandar Setia selama pandemi ini menghabiskan waktu untuk beternak kambing. Saat ini puluhan kambing ternakannya sudah mulai besar-besar. Dalam beberapa bulan ke depan, ia sudah bisa panen, mulai dari susu sampai daging.

“Saya sendiri bahkan secara sambilan berternak kambing. Untuk beternak kambing cukup memanfaatkan rumput-rumput di sekitar sebagai pakannya dan mengangon kambing juga sebuah kegiatan agar tubuh bergerak. Jadi seperti berolahraga,” kata Angga.

Kami menanam bayam, kemangi dan ubi dan buah-buahan, serta juga beternak kambing. COVID-19 tidak mengurangi semangat pemuda adat untuk terus melakukan kegiatan yang positif sembari mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

 

Afni Afifah Harahap

Pemudi adat Rakyat Penunggu, Sampali & anggota BPAN Daerah Deli, Sumut

Kedaulatan Pangan di Tangan Pemuda Adat

bpan.aman.or.id – Pandemi COVID-19 menyebabkan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintahan dan non pemerintahan diliburkan dan diganti secara daring.

Anak-anak muda yang sedang kuliah di luar daerah atau bersekolah di luar komunitas terpaksa pulang kampung atau menetap di rumah saja. Gaya hidup anak-anak muda pun berubah drastis.

Termasuk saya juga kembali ke kampung untuk bertani dan beternak. Dan ini merupakan pekerjaan yang menyenangkan.

Sebelum wabah pandemi, saya banyak bekerja di luar komunitas untuk memperluas pengorganisiran dan pengorganisasian pemuda-pemudi adat.

Pandemi Cov-Sars 2 yang melanda dunia memang begitu memporakporandakan kehidupan rakyat. Ia menyebabkan 561.617 orang meninggal dunia (data per 13 Juli), hingga ancaman krisis pangan di berbagai negara termasuk Indonesia. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda kapan pandemi ini akan berakhir.

Meskipun jarak Makassar ibukota Sulawesi Selatan ke komunitas adat Barambang Katute, Sinjai tempatku pulang kampung sekitar 220 kilometer, kami terus berusaha membangun solidaritas antarpetani dalam menjaga ketersediaan pangan.

Saat orang-orang di kota menyerukan di rumah saja, sebaliknya anak-anak muda di kampung justru turun bertani. Hal ini dikarenakan kampung atau komunitas-komunitas adat umumnya melakukan karantina bermartabat sesuai instruksi Sekjen AMAN. Karantina wilayah adat yang terjamin memastikan warga adat termasuk pemuda adat dapat turun ke sawah, ladang, hutan dan laut beraktivitas seperti biasa.

Karena itu, dengan bertani dan beternak para pemuda adat justru semakin solid dalam mengorganisir diri. Di bulan keempat pandemi ini, banyak hal yang dilakukan pemuda adat Barambang Katute untuk menjadi barisan terdepan perihal pangan di komunitas adat.

Dok: Solihin
  1. Membuat kebun kolektif

Dari sebuah lahan kosong seluas setengah hektar, kami membuat sebuah kemplok pertanian secara kolektif. Walaupun lahan seluas ini belum bisa menampung semua anak muda di komunitas adat Barambang Katute, tapi beberapa di antaranya sudah terlibat aktif dalam proses pengusahaannya.

Lahan kolektif ini dikelola 10 orang anak muda, lima di antaranya berasal dari komunitas adat Barambang Katute, termasuk saya. Di lahan setengah hektar, sejak awal Maret kami tanami berbagai tanaman jangka pendek, seperti cabai sebanyak 2.000 batang yang dalam waktu dekat akan mulai panen raya.

Kemudian sisa dari lahan kolektif yang dipinjam selama 10 bulan sejak Maret hingga Desember itu digunakan untuk menanam ubi jalar yang saat ini sedang berproses pengolahan tanahnya dan menuju masa tanam di pertengahan Juli yang kalau berproses dengan baik maka diprediksi akan panen antara September dan Oktober.

  1. Membangun pusat pelatihan pertanian

Pembelajaran pertama yang dapat dipetik dari pandemi COVID-19 ini khususnya di anak-anak muda yaitu bahwa petani-petani di kampunglah yang paling berdaulat atas pangannya. Dari pembelajaran sesederhana itu tercipta kesadaran di kalangan anak muda bahwa sumber pengetahuan sesungguhnya ada di kampung apalagi tentang pertanian dan mengelola sumber daya alam.

Namun, karena para pemuda adat tidak terorganisir dengan baik, maka pengetahuan itu hilang digantikan dengan pengetahuan modern yang berbiaya mahal, tidak ramah lingkungan dan membuat mereka semakin jauh dari kampung.

Atas kondisi itulah, maka kami bersepuluh berpikir tentang metode pengorganisiran pengetahuan-pengetahuan lokal dan memproduksi ilmu kesadaran pulang kampung dengan kesadaran kolektif. Lantas alasan tersebut membuat kami berencana membangun pusat pelatihan pertanian. Adapun modelnya kelak, karena ini bagian dari rencana panjang anak-anak muda, akan dibangun dari hasil lahan kolektif. Setidaknya pendiskusian hingga pematangan rencana itu telah selesai di tingkatan anak muda.

Dok: Solihin
  1. Pertanian organik

Disadari atau tidak, pertanian kimia yang mahal, tidak ramah lingkungan dan tidak sehat itu telah menyusup hingga jauh sekali di komunitas adat. Untuk membuat warga komunitas adat secara umum ataupun petani menyadarinya bukanlah sebuah pekerjaan sehari dua hari, tapi membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun.

Bagi pemuda adat yang memiliki semangat yang kuat, bukanlah alasan untuk menyerah begitu saja karena pekerjaan itu sangat mungkin dilakukan. Lewat inisiatif bertani secara kolektif tadi, perlahan-lahan semangat pertanian organik dapat dilaksanakan. Paling tidak sudah ada kami 10 pemuda adat yang mulai menerapkan.

Saya berharap, upaya itu kelak menjadi pemantik untuk anak muda lainnya ikut terlibat dan menerapkan pertanian organik. Searah dengan rencana pembangunan pusat pelatihan pertanian itu pula, maka akan dipadukan pertanian organik, pengetahuan Masyarakat Adat hingga pelestarian tanam herbal dan pengorganisasian anak-anak muda di tingkat tapak.

Dari perencanaan di atas baik yang sedang berjalan maupun masih dalam proses, sesungguhnya masih banyak lagi aktivitas yang kami lakukan secara sendiri-sendiri seperti menanam pisang, menanam padi, panen jagung, beternak sapi, menyadap aren, dan masih banyak lagi yang tidak kalah urgen untuk didiskusikan di lain kesempatan.

Semoga kelak kita bersama mencapai kedaulatan pangan kampung yang ramah lingkungan dan para pemuda adat sebangai benteng kedaulatannya.

~Solihin, pemuda adat Barambang Katute

BARISAN PEMUDA ADAT NUSANTARA

KONTAK KAMI

Sekretariat BPAN, Alamat, Jln. Sempur, Bogor

officialbpan@gmail.com

en_USEnglish
en_USEnglish