Sebuah Catatan Deklarasi PD BPAN Kulawi
Selama tiga hari itu, langit begitu cerah. Air yang menyapu batu di sungai Lariang pun begitu jernih.
Di dekat sungai, sejumlah generasi muda adat Kulawi, Sulawesi Tengah berkumpul. Mereka mendekatkan kembali dirinya dengan alam. Berkonsolidasi. Membicarakan soal komitmen menjaga wilayah adatnya, menjaga kampungnya.
Kicau burung dan deru angin di pepohonan mengiringi aktivitas mereka sejak pagi sampai malam.
Beberapa hari itu, semesta memberikan ruang dan waktu yang begitu baik bagi mereka melaksanakan Pertemuan Daerah (Perda) pemuda-pemudi adat Kulawi.
Dalam Perda tersebut, mereka berkonsolidasi dan belajar bersama. Selain itu, mereka melakukan hal penting dan bersejarah. Bermusyawah dan mendeklarasikan Pengurus Daerah (PD) Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kulawi sebagai wadah perjuangan pemuda-pemudi adat Kulawi.
Liong, sapaan akrabnya. Nama aslinya Jemmy. Ia adalah salah satu pemuda adat yang ikut Perda bersama generasi muda adat Kulawi, 17-18 Februari 2021.
Liong dan beberapa temannya yang menjadi inisiator kegiatan ini. Mereka semakin bersemangat karena didukung penuh oleh orang tua dan para tetua adat di komunitasnya.
Rabu pagi, Liong sudah bersiap. Hari itu, hari pertama pelaksanaan kegiatan Perda. Ia menempuh waktu sekitar satu jam berkendara dengan motor menuju lokasi kegiatan. Liong berangkat bersama temannya. Mereka melalui jalan yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Di ujung jalan, di dekat lokasi kegiatan, mereka harus melewati sebuah jembatan gantung di sungai Lariang. Sungai ini terletak di Dusun Pontu, Desa Makujawa. Di dekat situ, kegiatan Perda dilaksanakan.
Melewati jembatan gantung ekstrim itu, membuat Liong dan kawannya sedikit agak takut. Jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya. Itu pengalaman menarik pertama yang mereka lalui.
“Hal menarik, saat melewati jembatan gantung dua tali yang ekstrim”, ucap Liong.
Bagi Liong, pengalaman itu begitu berkesan. Setelah perjalanan yang mengasyikkan, mereka akhirnya tiba.
Lokasi kegiatan persis di tepi sungai. Bebatuan dan pohon-pohon rindang menjadi alas dan atap. Mereka menjadikan alam sebagai rumah untuk berkegiatan.
Tanah lapang di dekat sungai menjadi tempat mereka mendirikan kemah dan menghabiskan malam berkegiatan.
Sungai Lariang merupakan ikon daerah Kulawi. Ia juga merupakan sungai terpanjang di Sulawesi. Hal ini menjadi alasan Sungai Lariang dipilih menjadi lokasi kegiatan.
Ada 20 orang pemuda-pemudi adat Kulawi yang ikut kegiatan tersebut. Hadir pula tetua adat dan pengurus Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Daerah Kulawi.
Yonas Mantaeli merupakan salah satu tetua adat yang hadir. Selain sebagai anggota Dewan AMAN Daerah (DAMANDA) Kulawi, ia juga juga menjabat sebagai Kepala Desa Gimpu dan sebagai anggota Lembaga Adat Kecamatan Kulawi Selatan. Di kegiatan itu, ia memberikan nasehat dan pesan kepada para pemuda-pemudi adat yang hadir. Ia mengilustrasikan perjuangan pemuda adat seperti batu dan air di sungai.
“Pemuda adat berjuang bagaikan batu dan air yang ada di sungai ini. Berpendirian teguh kokoh bagaikan batu dan tak akan henti-hentinya berjuang bagaikan aliran air yang mengalir deras di sungai Lariang ini yang tak pernah putus”, ungkap Yonas.
Selain menerima materi tentang gerakan Masyarakat Adat dan tentang AMAN, pemuda-pemudi adat Kulawi yang hadir juga menerima materi tentang BPAN.
Usai sesi materi dan belajar bersama, mereka kemudian bermusyarawah, membicarakan pembentukan dan pendeklarasian BPAN Daerah Kulawi. Termasuk, memilih kepengurusan PD BPAN Kulawi yang pertama.
Hasil musyawarah memutuskan posisi Ketua diamanatkan kepada Jemmy, Ia kemudian dibantu oleh Maikel Owen sebagai Sekretaris dan Stevi sebagai Bendahara.
“Pemuda adat perlu bergabung dengan BPAN supaya kita tahu berorganisasi, saling mengenal keberagaman etnis dan budaya di nusantara, saling menopang dan meringankan beban jika kita bersatu dalam satu ikatan komitmen perjuangan, dan perjuangan hak-hak Masyarakat Adat lebih kuat dan itu semua demi masa depan generasi Masyarakat Adat ke depannya karena tanah leluhur tetap terjaga,” jelas Liong selaku ketua pertama BPAN Daerah Kulawi.
Menurutnya pula, BPAN mesti dibentuk di semua daerah, di semua komintas adat dan kampung di Nusantara. BPAN bisa menjadi ruang bagi mereka untuk mereka belajar dan mengenali identitas mereka sebagai Masyarakat Adat.
“Perlu BPAN diperbanyak, dibentuk di daerah. Mengingat di zaman milenial sekarang ini, banyak pemuda adat yang hampir kehilangan identitas. Banyak yang tidak tahu tentang tradisi dan adat istiadatnya. Banyak yang tidak percaya diri lagi memakai pakaian kebesaran daerahnya; masih banyak hal yang harus diperjuangkan agar tidak lenyap ditelan masa”, tutupnya.
Pengurus dan anggota BPAN Daerah Kulawi dikukuhkan menjadi bagian dari BPAN dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat. Proses pengukuhan ini dipimpin oleh Delsius selaku Ketua BPAN Wilayah Sulawesi Tengah dan disaksikan oleh Joko Sunarto selaku DePAN Region Sulawesi.
Seperti batu dan air di Sungai Lariang, BPAN Daerah Kulawi tetap teguh dan takkan henti untuk bangkit, bersatu, bergerak mengurus wilayah adatnya.
Penulis: Kalfein Wuisan